Jumat, 12 November 2010

Cybersex

Cybersex adalah segala bentuk perilaku seksual yang dilakukan dengan media internet. Perilaku tersebut antara lain cyber-porn, sensual chatting, sex games, sex online, dan sebagainya. Di dunia maya, benteng yang melingkupi kehidupan seks seakan runtuh. Orang begitu bebas meliarkan imajinasi dan ekspresi seksualnya.
nternet relay service merupakan salah sate sarana chatting room yang sering digunakan pengguna Internet. Seiring perkembangan teknologi, fasilitas untuk terbang ke alam maya pun ikut berkembang. Dulu tampilan chatting room hanya sederhana, kini tersedia berbagai pilihan background, dari musik, web cam sampai
layanan internet phone. Membuat pelanggan internet merasa lebih nyaman dan betah.

Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan cybersex tidak lepas dari bisnis internet seks. Para pengelola situs-situs porno menyediakan "ruangan khusus" untuk berhubungan seksual jarak jauh. Dengan sarana web cam para pecinta cyber sex saling berinteraksi dan menikmati keindahan tubuh lawan bicaranya.

Sebagian orang berpandangan, cybersex adalah kegiatan konyol, yang tidak menimbulkan reaksi emosional. Namun pada sebagian orang menilai bahwa reaksi seksual dan emosional dapat diperoleh dari cyber sex, karena cybersex merupakan suatu yang nyata. Reaksi yang dirasakan tak jauh berbeda kala herhubungan seksual sesungguhnya. Tidak itu saja, keberadaan cyher sex dapat memuaskan fantasi seks tanpa harus berhubungan intim nyata. Bagi yang belum mengenal seks, cybersex juga bisa jadi sarana untuk belajar, begitu juga bagi pria yang mau menikah, bisa menjadi sarana simulasi.

Bagi pasangan yang sedang berpisah, di mana tidak ada waktu untuk bertemu dan herhubungan seksual, cybersex bisa menjadi alat untuk tetap berhubungan seksual. Dengan bantuan web cam dan irzternet phone mereka bisa saling melihat dan berkomunikasi.
Menurut A. Kasandra Putranto, ada dua faktor yang menyebabkan seorang wanita menjadi penghibur alam maya. Pertama faktor financial. Kekurangan uang membuat orang mudah lupa dengan nilai agama dan sosial. Hal seperti ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pria. Kedua faktor ekshibisionis. Wanita ekshibisionis adalah wanita yang suka memperlihatkan hal yang tidak wajar pada kepada orang lain. Malah wanita seperti ini mau tidak dibayar, bagi mereka memperlihatkan hal tidak wajar pada orang lain merupakan satu kesenangan.

Tanpa disadari di balik kesenangan ekshibisionis tersimpan nilai buruk yaitu menjatuhkan derajat diri didepan umum. Secara hukum, wanita ekshibisionis mungkin tidak mendapat sanksi, namun secara budaya mendapatkan sanksi sosial yaitu stigma buruk, bahkan hisa dikucilkan dari lingkungan.

Mengacu pada psikologi, pria yang suka cyber sex adalah tipe pria yang suka berpetualang seks. "Ciri pria seperti ini tidak mudah puas, selalu berimajinasi dan tidak puas pada satu titik. Selain suka melihat gambar bergerak, pria penggemar cyber sex juga suka melihat foto-foto porno," tutur pengamat psikologi ini.

Menurut Kasandra, efek negatif pria cyber sex adalah kecanduan. Para pengguna Internet akan mengalami kecanduan cyber sex melalui beberapa tahap. Pertama kecanduan, pengguna cyber sex awalnya sebatas tertarik terhadap materi-materi pornografi. Lama kelamaan, ingin mendapat lebih banyak materi pornografi lainnya. Kedua eskalasi, seiring dengan waktu, untuk memuaskan kebutuhan seks pecandu cyber sex akan mencari materi seks yang lebih hot.

Akibat dari kecanduan adalah hidup menjadi tidak produktif. Para pecandu cyber sex bisa merasa tidak berdaya untuk meninggalkan perilaku konsumtifnya. Hal ini membuat kehidupan mereka menjadi tidak teratur. Pada tahap lebih fatal, pecandu cybersex lebih senang masturbasi dengan komputer dibandingkan dengan berhubungan seksual nyata. Pada kondisi tertentu ingin merealisasikan seks maya ke dunia nyata.
Banyak yang harus diperhatikan jika ingin menilai kelayakan cybersex. "Pertama norma sosial, kedua jumlah populasi penduduk yang memiliki komputer, ketiga kepemilikan komputer yang bisa on line. Keempat jumlah masyarakat yang mengakses internet secara bebas (termasuk mengakses (cyber sex). Bila jumlah pemilik komputer dan pengakses cyber sex melebihi penduduk yang tidak memiliki komputer, termasuk mengakses cybersex berarti keberadaan cyber sex sudah mulai diterima oleh masyarakat," tutur pengelola Psychological Practice ini.

Mengacu pada populasi dunia, tingkat kesadaran manusia terhadap teknologi sudah mulai tinggi, termasuk cybersex. Jadi, wajar atau tidaknya suatu fenomena sosial tergantung pada kondisi sosial dan populasi. "Secara psikologi pria yang suka mengakses cybersex bukan suatu penyimpangan atau mengalami gangguan jiwa. Cybersex merupakan suatu hal yang wajar. Berikut adalah salah satu foto pengguna Cybersex


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar